Wanita Ber-Sweater Sweet (Bagian 1)



Bagi aku, kesan pada pandangan pertama adalah hal terpenting untuk sebuah hubungan jika ingin berlanjut ketahap selanjutnya.

Jika kesan pertama saja sudah salah langkah, maka kesan selanjutnya akan salah terus sampai negeri api menginvansi negeri kodok yang kita cintai ini :v

Anehnya, kesan salah langkah dalam membangun sebuah hubungan sering terjadi padaku atau mungkin aku sudah di kutuk sama si raja kodok kali ya makanya salah langkah mulu?. 

mungkin si raja kodok marah besar, karena waktu aku masih SMP, sering kali aku memberi umpan anak-anak kodok untuk makan ikan arwana gold silver peliharaannku, perbuatan keji itu berlangsung hanya 4 bulan, terhenti saat arwanaku menginjak usia bulan ke-4, hal tragis terjadi padanya, dia mati muda!! (kesihan-kesihan)!. 

Baru dipelihara 4 bulan sudah mati saja itu ikan, mungkin dia gerah di dalam aquarium terus-terusan makanya loncat bebas keluar mencari udara segar, semoga kau tenang disana ya ar (maksudnya arwana).

Ohh ya, Itu cuman intermezzo saja basa-basi maksudnya, ceritaku bukan tentang apakah arwana ku masuk surga atau neraka setelah kematiannya, dan bukan juga jenis-jenis kodok yang tidak boleh di umpanin pada ikan kalo tidak mau dikutuk sama si raja kodok, paan sih!!.

Ini cerita soal yang lainnya lagi, namun, Sebelum aku bercerita. Aku mau bertanya terlebih dulu!. Pernah nggak kamu berada disebuah posisi dimana ingin sekali mengutarakan perasaanmu atau bahkan hanya sekedar menyapa seseorang yang sudah lama kamu kagumi namun tidak pernah kesampaian bahkan untuk senyum saja di depan dia kamu tidak mampu? Jika ia, selamat! anda adalah salah satu dari mayoritas laki-laki di negeri ini yang memiliki permasalahan yang sama dan kita senasib wak (sebut saja kita jokar).

Dah pertanyaanya satu aja ya! nggak ada pertanyaan tambahan apalagi pertanyaan 5 jenis nama-nama ikan, nggak ada itu disini.

Kembali lagi ke cerita yang mau aku share. Ini adalah salah satu cerita dalam hidupku yang kesan pada pandangan pertama salah dan selanjutnya salah melulu tanpa bisa berbuat banyak untuk kembali kejalur yang benar.

Saat itu udara dingin dan lembab menyelimuti Darussalam, maklum saja hujan deras baru saja reda, aku pun bergegas meninggalkan kos-kosan mengendarai si biru sepeda motor merek (tidak usah disebut) menuju perpustakaan kampus yang jaraknya tidak begitu jauh 5 menit sudah sampai.

Ilustrasi C; Google




Niat awal ke perpus sebenarnya hanyalah setor muka ke teman kelompok agar namaku ditulis ke dalam kelompok. 

Dengan berjalan agak melambat aku memasukki pintu masuk perpustakaann yang terbuat dari kaca flet hitam satu sisi (kalo nggak paham search aja di google)

Perpustakaan kampusku termasuk ke dalam golongan perpustakaan yang dapat di banggakan fasilitasnya sudah sangat memadai, segalanya sudah terhubung dengan online, mau meminjam, mengembalikan atau mencari buku yang dicari semuanya terhubung dengan internet.

Sebelum masuk kita harus menunjukkan KTM (kartu tanda mahasiswa) untuk di scan pada alat yang aku sendiri tak tau namanya, pokoknya alat yang mengeluarkan laser warna biru gitulah yang akan  melacak KTM kita apakah sesuai dengan wajah kita, ini agar meminimalisir mahasiswa yang memakai kartu teman lainnya, atau apalah fungsingnya tak penting juga dalam cerita ini.

Setelah berada di dalam perpustakaan, aku mengambil posisi di lantai pertama paling sudut agar gampang dilihat sambil menunggu teman lainnya datang. Mereka masih saja ngaret padahal janjiannya pukul 8 malam namun sudah satu jam lebih tak kunjung juga datang.



Bosan menunggu, akupun berinisiatif berkeliling mencari-cari buku yang barang kali ada yang bisa dibaca.


lama mencari tak kunjung juga aku dapatkan buku yang aku ingin baca (komik dan sejenisnya, tau sendiri lah), yang aku temukan malahan buku-buku yang bahasanya sendiri akupun tak paham, namun sepertinya buku dari fakultas kedokteran dan sejenisnya, darimana aku tau? Kan bahasanya tak paham tadi? Iya memang tak paham, aku menduga saja soalnya banyak gambar-gambar anatomy tubuh manusia bertebaran disetiap halamanya, kan nggak mungkin aku sebut itu buku anak teknik! Sejak kapan anak teknik pretelin anatomy manusia. (garing hakkk)


Sedang dengan seriusnya membaca (melihat gambar) buku, datanglah seorang wanita dengan pakaian sederhana namun sangat modis dengan sweater hangat bewarna putih bermotif bunga warna hitam, bertudung warna pink (no-photo di bayangin aja), membuat dunia seakan berhenti berputar (dramatisir dikit), buku yang asik dibaca (nengok gambar maksudnya)  kini beralih ke wajah manisnya ditambah sahdunya cuaca yang sejuk malam itu menjadi perpaduan yang sangat pas seperti minum Sanger di waktu ngantuk melanda, semuanya seakan menjadi menghangat (Jokar mah memang sering gitu).

Ilustrasi 2 C: Google

Lama pandanganku hanya tertuju padanya, tak ada tanda-tanda mau berhenti, dan sepertinya dia tak risau juga aku pandangin, mungkin juga dia tak tau aku pandangin sedari tadi soalnya aku pandangin dia dari samping pojok perpus dengan sekian banyaknya orang disitu, mana sampai dia kepikiran memperhatikan sekelilingnya.

Dia masih serius saja melihat buku yang sama persis dengan yang aku baca (jengan tanya kenapa bisa tau, karena sudah aku jelaskan dari awal tadi), 2 jam lebih aku terpana melihatnya, baru terhenti tatkala announcement dari pengeras suara bahwa perpustakaan akan segera ditutup, dan aku pun tersadar kalau setor mukaku tak kunjung aku selesaikan (Aisudah lah).

Dengan sedikit agak mengejar aku berupaya mendekati wanita ber-sweater sweet tadi yang sedang menunggu antrian pemeriksaan buku yang biasa dilakukan apabila hendak mau keluar dari perpustakaan itu, sembari berharap bisa sekedar menyapa atau paling tidak dekat saja sudah cukup, namun yang namanya sial tetap saja sial, saat hampir mendekati wanita ber-sweater sweet itu ada saja halangan, datanglah sesosok manusia penghancur moment menyalip posisiku yang seharusnya langsung berpapasan dengan wanita ber-sweater sweet itu, jadilah aku urungkan saja niatku kali ini berharap kalau jodoh takkan kemana.

Angan-angan tetap saja angan-angan, sejak perjumpaan (melihat dari satu sisi saja) dengan wanita ber-sweater sweet (selanjutnya aku singkat jadi bss), berbulan-bulan lamanya tak kunjung juga aku jumpai lagi dianya.



Bukannya tanpa usaha, aku Sudah berusaha  menghubungi teman-teman yang berada di fakultas kedokteran dengan harapan bisa mengetahui siapa nama dan dimana dia tinggal, namun mana bisa mencari seseorang dengan bermodalkan ciri-ciri berpakaia Sweater sweet seperti itu (emang di Darussalam satu orang saja yang pakai baju begituan hadeuhhh), namun aku masih tetap memakai prinsip jodoh takkan kemana, Insha Allah akan berjumpa kembali..... (Bersambung)

Post a Comment for "Wanita Ber-Sweater Sweet (Bagian 1)"