Wanita Ber-Sweater Sweet (Bagian 2)

Berbulan-bulan lamanya sejak peristiwa malam itu berlalu, namun wajah misterius dari wanita ber-sweater sweet tak kunjung juga aku lupakan, dari musim duren hingga musim rambutan tak kunjung aku dapatkan dan tak jua aku temukan ohh Tuhan... (ehh kok kek nggak asik kalimatnya ya?), dia bak cinderalla yang hanya bisa dijumpai pada saat malam itu saja, setelah itu ia menghilang berlari menjauhi pangerannya (iya tenang,bukan aku maksudnya, puasss??). 

Lama tak kunjung juga bersua kembali, akhirnya, secara berlahan-lahan aku mulai melupakan wajahnya yang dulu pernah menghantui hari-hariku selama musim duren dan musim rambutan yang kamarin, namun itu hanya bersifat sementara, hal tak terduga akan menimpaku setelah sesaat aku bisa move on dari wajah wanita ber-sweater sweet itu.

Tepatnya di Smester 7 adalah waktu dimana mahasiswa di kampus akan membaktikan dirinya dari ilmu yang ia dapat selama hampir 3 tahun di bangku perkuliahan untuk diaplikasikan dan di praktekan kepada masyarakat disekitarnya.

Aku mendapatkan jatah kelompok nomor 44 yang didalam kelompok itu terdapat 7 orang lainnya, dan yang pasti aku yang terganteng di dalam kelompok itu (karena yang lainnya cewe, pfftft ganteng level maksa).

Kebayang nggak, tau-tau kamu ditempatkan disuatu daerah yang kamu sendiri belum pernah mendatanginya dan harus bertanggung jawab atas jiwa 7 orang wanita dalam waktu satu bulan? yang ada dalam pikiranku saat itu adalah kalimat "mati aku"(sambil tepok jidat)

Bukannya apa-apa, ngurus diri sendiri saja kadang belum bener, ini tiba-tiba harus menjaga 7 wanita dalam bersamaan udah seperti cerita rakyat jaka sembung dan 7 bidadari, namun jaka sembung masih beruntung dia dapat salah satu dari ke-7 bidadari dari kayangan itu, lah aku? boro-boro dapat satu, mikiri mereka bisa pulang dengan selamat ke kos masing-masing saja aku sudah sangat bahagia (bilang aja nggak ada yang mau, pffttt lagi).

Kami ditempatkan di Gampong Buket Juara, 1 Km jaraknya dari kota Idi, Kabupaten Aceh Timur, sesuai dengan namanya, kampung yang dalam bahasa Aceh disebut Gampong ini memang terletak diatas bukit atau dalam kata lain berada di dataran tinggi, walaupun dekat dengan kota namun hampir 70% wilayahnya masih merupaka hutan. 

Katanya, dulu kampung ini dihuni oleh orang-orang yang mempunyai ilmu bela diri dan ilmu kebatinan, makanya disebut dengan Gampong Buket juara. meski letak geografisnya di dataran tinggi, namun cuaca di gampong ini sama saja dengan wilayah Aceh pesisir lainnya (panas maksudnya), dan yang pasti permasalahan dikebanyakan kampung di Aceh Timur adalah sulitnya mendapatkan air yang jernih dan tidak berbau, hal ini juga dialami oleh kampung tempat kami tinggali selama sebulan kedepan ini.

Ilustrasi Perjumpaan C: Dokumen

Dengan kondisi tersebut, keluhan demi keluhan dan permintaan demi permintaanpun mulai keluar satu per satu dari 7 bidadari tersebut, dan semua tertuju kepadaku, mulai dari permintaan menyediakan air bersih setiap harinya yang sangat sulit dipenuhi di kampung ini.

Air yang tersedia hanyalah air berwarna kecoklatan dan berbau, mereka enggan untuk menggunakan air tersebut jadilah setiap dua hari sekali aku harus ke kota idi mencari orang yang mau mengantarkan 1000 ml air bersih dengan harga 50k, harga wajarnya biasa berkisar 30k, namun kata abang yang menjual air itu wilayah kampung yang kami tempati cukup jauh jadilah ditambah 20k, namun belakangan aku ketahui orang-orang di kampung itu juga sering membeli air bersih 1000 ml sama dengan kami dengan harga 30k.

Tugas mecari orang mengantar air akan berhenti jika hujan deras turun di kampung itu, namun tugas lainnya akan datang, aku harus gerak cepat menampung dan memindahkan air hujan itu kedalam bak mandi para 7 bidadari, kebayang encoknya kekmana nggak??

Lalu, apakah aku mandi ditempat yang sama dengan 7 bidadari? ngaco pertanyaan, tentu saja tidak, setiap harinya 1 kali sehari (biasanya siang hari) aku akan membawa perlengkapan mandiku untuk pergi ke sebuah masjid yang lumayan besar di kota Idi untuk menumpang mandi, jika di masjid itu tidak ada air atau sedang penuh pengunjung (ahahahha) biasanya aku akan pergi ke masjid yang agak jauh lagi dari Buket Juara yakni masjid agung kota Idi (harus pandai-pandai kalau mau mandi disini, karena ada bacaannya dilarang mandi, jadi harus cepat dan senyap kalau mau mandi ahahahah)

Tak hanya air, aku juga memiliki tugas rutin lainnya yakni membeli segala perlengkapan untuk masak-memasak dan cemilan rutin mereka yang super banyak kalah dengan kebutuhan makan sehari-hari mereka, bukannya mereka malas, budaya di kampung itu mengajarkan dimana lelakilah yang berhak keluar dan membeli segala keperluan rumah termasuk belanja, perempuan hanya dirumah, dan menunggu barang-barang itu datang, hal ini sangat terbalik dengan budaya yang ada dikampung tempat asalku.

Dengan budaya itu membuat aku agak sedikit tersiksa selama sebulan, dimana kerjaan 7 bidadari itu hanyalah dirumah saja, segala urusan diluar semua menjadi tugasku, hal inilah membuat aku tak betah berada dirumah tempat tinggal kami sementara selama di Buket Juara, selain tak ada teman mengobrol juga tak ada kerjaan yang bisa aku kerjakan dirumah itu, karena ibu yang punya rumah yang biasa kami panggil mamak sangat melarang anak laki-laki mengerjakan kegiatan dirumah, seperti memasak, bersih-bersih, bahkan hal sepele seperti untuk membuat segelas kopi hitam saja aku tidak diperkenankan untuk membuatnya, pekerjaan itu diserahkan kepada 7 bidadari, jadilah setiap pagi aku sudah dibuatkan kopi oleh mereka (ada untungnya juga eheheh) dan juga enaknya lagi bahkan nasi juga dihidangkan sebelum aku datang keruang makan (udah kek berasa jadi raja ahahahha).

Untuk mengisi rasa kebosanan karena tak ada yang dapat aku kerjakan dirumah itu, jadilah setiap harinya dari mulai pagi selepas sarapan sampai sore hari aku berada ke kampung sebelah yang juga terdapat kelompok anak kuliah kerja nyata (KKN) sama seperti kami, dimana disana terdapat 2 orang laki-laki ditempatkan, jadilah setiap waktu tongkronganku berada dikampung itu, jika 7 bidadari itu memerlukanku, mereka sudah hapal betul kemana mereka harus mencari.

***
Seperti biasanya, setelah sarapan pagi, aku sudah melaju kencang sepeda motor kelompok (namanya saja motor kelompok, kenyataanya 90% aku yang kuasai ahahahah), motor itu kami bawa dari Banda Aceh khusus untuk kegiatan kami di Kampung Buket Juara. 

Tujuanku sudah jelas ujung-ujungnya pasti ke kampung sebelah, Gampong Buket Pala (kampung ini tidak berada di bukit, namanya saja disebut bukit), basecamp anak kkn Buket Pala dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, berbeda dengan kelompok kami, basecamp kami berada ditempat yang sama (kata ibu Geuchik/kepala desa Buket Juara, sayang nanti aku sendiri kendinginan kalau tinggal di Meunasah (Mushola) ahahahah terima kasih banyak atas perhatiannya Ibu Geuchik Buket Juara, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT Aamiin)

Ilustrasi C: Google


Matahari sudah mencapai puncaknya pada hari itu, cuaca mungkin mencapai 35 drajat, karena sudah tak tahan lagi kegerahan, aku mengajak salah satu kawan dari buket pala yang biasa aku panggil pak dokter (karena bakal calon dokter kala itu sekarang sedang koas, semoga sukses koasnya pak dokter), aku mengajaknya mencari kedei (warung) yang menjual es batu dan sejenisnya sekalian kalau ada makanan ringan.

Tujuan kami adalah kampung sebelahnya lagi, yang berada di barat gampong Buket Juara, namanya Gampong Gureb Blang, disana juga aku dengar ada ditempatkan anak KKN namun belum tau siapa-siapa saja yang ditempatkan disana, kampung ini termasuk sudah maju rata-rata rumah warga sudah berbentuk permanen, terdapat beberapa rukoh dan disini juga terdapat sekolah mulai dari TK, SD dan SMP berbeda dengan kampung kami yang kebanyakan rumah warganya masih semi permanen dan belum tersedia fasilitas rumah sekolah.

Setelah membeli es batu dan temannya (gorengan) aku berinisiatif untuk mendatangi basecamp anak kkn di Gureb blang kali aja ada teman dari satu fakultasku, kan jadi nanti lebih bervariatif tempat nongkrongku bukan hanya di Buket pala saja dan pak dokter juga tidak merasa keberatan untuk menyinggahi anak-anak kkn gureb blang, itung-itung silahturahmi.

Usut punya usut setelah sampai di basecamp gureb blang, ternyata mereka juga hanya memiliki satu orang anak laki-laki dalam anggota kelompok namun jumlah mereka hanya 6 orang saja, jadi 5 cewe dan 1/2 cowo (kalau yang paham maksudnya komen di bawah ya ahahaha)

Kami mengunjungi mereka pas waktu makan siang tiba, namun yang ada hanya 5 anggota mereka, akupun sempat menduga-duga siapa satu lagi anggota mereka yang tidak hadir, kemana dia? apa dia sakit? atau udah kabur pulang duluan, lantaran sudah nggak betah dengan cuaca panas (dalam hati tidak aku ungkapkan)

Pertanyaanku segera terjawab tatkala datang seorang wanita dari kejauhan dengan paras yang tak asing lagi bagiku, yang begitu aku rindu-rindukan, apakah dia si Wanita Ber-Sweater Sweetku yang selama ini aku nanti-nanti?? 

Ohh tuhan benarkah dia? atau mirip dia? jantungku berdetup dengan kencangnya, dan darahku berdesir menaik keatas (sensasinya pasti pernah kalian alami), inilah momen yang selama ini aku nanti-nantikan, dia semakin mendekat kepadaku (karena aku berdiri paling dekat dengannya), halusinasipun mulai bermain, nyata atau khayalan tak dapat aku bedakan sekarang, aku merasa terjebak dalam lingkaran yang membiusku.

Diapun mulai tersenyum kepadaku? (apakah kepadaku?) samar ku dengar dengan lembut dia memanggil namaku? (darimana dia tau?) secara berlahan-lahan diapun melewati diriku menghampiri teman-teman kelompoknya, gagal lagi aku ingin menyapanya, mulutku seakan tertutup rapat dan kakiku terikat kuat untuk sekedar senyum dan menghampirinya, lalu aku putuskan untuk berlari menghindari dia sejauh mungkin, aku merasa telah menjadi manusia paling gagal saat itu, namun hatiku juga terasa senang., akhirnya aku bisa berjumpa kembali dengan Wanita Ber-Sweater Sweetku.....(Bersambung)
   

Post a Comment for "Wanita Ber-Sweater Sweet (Bagian 2)"