Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Sinopsis)
![]() |
Poster: Tenggelamnya kapal Van Der Wijck |
Kutacane (12/17/13), Di wilayah Makassar, di tepi pantai, di antara Kampung Baru dan
Kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makassar. Di sanalah hidup
seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Saat ia
termenung, ia teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya
mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Makassar.
Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau,
seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan(Ayah Zainuddin), kemenakan Datuk Mantari Labih,
yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak
bersaudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh mamaknya. Datuk
Mantari labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk
kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika
Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartanya tersebut, terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari labih
menemui ajalnya. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15
tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Karena
Perang Bone, akhirnya ia sampai di Tanah Makassar. Beberapa tahun
berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri
seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian,
lahirlah Zainuddin.
Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian
ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin
meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli
ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.
Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju Negeri Batipuh.
Sesampai di sana, ia begitu gembira, namun lama-lama kabahagiaannya itu
hilang karena semuanya ternyata tak seperti yang ia harpakan. Ia masih
dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Makassar. Betapa
malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing,
orang Padang. Ia pun jenuh hidup di padang, dan saat itulah ia bertemu
Hayati, seorang gadis Minang asli yang membuat hatinya gelisah, itu menjadikannya
alasan untuk tetap hidup di sana. Berawal dari surat-menyurat, mereka
pun menjadi semakin dekat dan kahirnya saling cinta.
Kabar kedekatan mereka tersiar luas dan menjadi bahan gunjingan semua
orang Minang. Karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang dan berdarah Minang asli,
maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya di karenakan zainuddin adalah keturunan campuran dan bukan dari Minang asli. Zainuddin dipanggil oleh
mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati
menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.
![]() |
adegan dalam fil Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck C: Google |
Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan
Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu
hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah temannya
bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di
benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak
ketiga, yaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik oleh kecantikan
Hayati.
Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin.
Karena itu ia akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh.
Hal itu bersamaan pula dengan datangnya rombongan dari pihak Aziz yang
juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan
yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima
pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab dan keturunan Minang asli.
Zainuddin tak kuasa menerima penolakan tersebut. Apalagi kata
sahabatnya, Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Hayati juga
merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya.
Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.
Untuk melupakan masa lalunya, Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta.
Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya
dikenal masyarakat dengan nama letter “Z”. Zainuddin dan Muluk pindah ke
Surabaya, dan ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang dikenal
sebagai hartawan yang dermawan.
Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya karena urusan kerja Aziz. Semakin lama watak asli Aziz
semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan
perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang.
Mereka diusir dari kontrakan, dan secara kebetulan mereka bertemu dengan
Zainuddin. Mereka singgah di rumah Zainuddin. Karena tak kuasa
menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya
untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.
Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz. Yang pertama
berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan
maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah
itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati
juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun
karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayat pulang ke
kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang
Kapal Van Der Wijck.
Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa
hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis
“aku cinta engkau, dan kalau aku mati, adalah kematianku di dalam
mengenang engkau.” Maka segeralah ia hendak menyusul Hayati ke Jakarta.
Saat sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck
tenggelam. Seketika Zainuddin langsung syok, dan langsung pergi ke Tuban
bersama Muluk untuk mencari Hayati.
Di sebuah rumah sakit di daerah Lamongan, Zainuddin menemukan Hayati
yang terbarng lemah sambil memegangi foto Zainuddin. Dan hari itu adalah
pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada
Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin.
Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung. Dan tanpa disadari
siapapun ia meninggal dunia. Kata Muluk, Zainuddin meninggal karena
sakit. Ia dikubur bersebelahan dengan pusara Hayati.
Karya : Buya Hamka (1939)
Refrensi :Tenggelamnya Kapal Van der wijck
1 comment for "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Sinopsis)"
Give Us Your Feedback!