Sejarah Singkat Sei Rampah dan Kesultanan Serdang
Logo Kabupaten Serdang Bedagai Foto : Wikipedia |
Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara yang berdiri pada Tanggal 18 Desember 2003 silam dengan dasar hukum UU No. 36 tahun 2003.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk
berjumlah 594.383 jiwa atau 131.844 Kepala keluarga dengan kepadatan penduduk
rata-rata 313 jiwa/Km persegi, dengan perincian Suku/Bangsa 65% adalah
Melayu, Jawa 13%, Karo 6%, Batak Simalungun 4%, dan berturut-turut suku lebih
kecil lagi Batak Angkola, Mandailing, Minangkabau, Banjar, Sunda, Aceh, Nias
dan Tionghoa-Indonesia.
Sejarah Terbentuknya Sergai
(Serdang Bedagai-Red), tak bisa di lepaskan dari yang namanya Sejarah Sei
Rampah yang menjadi ibu kota kabupaten dan juga Kesultanan Melayu Serdang, kali
ini kita akan membahas sejarah kota dan kesultanan yang pernah exist dan jaya
di masa harga rempah-rempah seperti halnya harga emas:
Sejarah Asal-usul Nama Sei Rampah.
Sei Rampah berasal dari dua Suku kata yakni Sei
dan Rampah, Sei sendiri memiliki arti Sungai dan Rampah sendiri berartika
Rempah-rempah, hal ini tak dapat kita pisahkan dari cerita orang-orang tua dulu
yang mengatakan dulu pernah ada seorang pedagang rempah-rempah yang
bertempat tinggal di tepi sungai.
Sungai merupakan sarana transportasi yang sangat
dominan kala itu yang menghubungkan Bedagai dengan Sei Rampah, masyarakat yang
berada di Bedagai yang berada di pesisir menjajakan ikan dari laut dan
sebaliknya Sei Rampah menjajakan hasil hutannya.
Dengai seiring waktu dengan dibukanya perkebunan
tembakau, karet, dan kelapa sawit. di tambah semakin banyaknya pedagang
rempah-rempah semakin membuat daerah itu menjadi primadona baru di Tanah
Melayu, dengan semakin banyaknya pedagang rempah-rempah makanya tanah itu
disebut dengan Sei Rampah, sungai yang di aliri perdagangan rempah-rempah.
Bendera Kesultanan Serdang Foto :Wikipedia |
Kesultanan Serdang berdiri tahun 1723 dan
bergabung dengan Republik Indonesia tahun 1946. Kesultanan ini berpisah dari
Deli setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun 1720. Seperti kerajaan-kerajaan
lain di pantai timur Sumatera, Serdang menjadi makmur karena dibukanya
perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit.
Menurut riwayatnya, sebelum berdiri kerajaan
Serdang. Salah seorang panglima Sultan Iskandar Muda Aceh, bernama Sri Paduka
Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan. telah diangkat menjadi Wali
Negara di Deli.
Panglima Khoja Bintan berusaha meningkatkan
Pengaruh Kesultanan Aceh di tanah Melayu dan memperlancar proses Islamisasi,
dengan jalan mendekati empat raja urung di Deli yang berasal dari Karo yang
sudah memeluk Islam.
Panglima Khoja Bintan juga menikah dengan adik
Datuk Sunggai, yaitu raja urung yang terkuat pada masa itu. Sebagai hadiah
pernikahan, ia diangkat sebagai Panglima Kerajaan Bintan kawasan pesisir Deli dan
tunduk secara langsung Terhadap Kesultanan Aceh.
Pada masa pemerintahan putranya (Panglima Khoja
Bintan), Tuanku Panglima Perunggit. Kesultanan Aceh mengalami kemunduran,
terutama sejak Wafatnya Sultan Iskandar Muda ditambah tidak ada pengganti Sultan
yang mampu dan cakap mengatur wilayah Kesultanan Aceh yang sangat luas kala
itu. Kesempatan ini digunakan Deli untuk memproklamasikan kemerdekaannya dari
Aceh pada tahun 1699 (Sinar, 1980a).
Dengan adanya proklamasi itu membuat Kesultanan
Deli memiliki kedaulatan penuh sehingga mereka bisa melakukan hubungan
diplomatik dengan Kerajaan atau negara barat seperti dengan VOC di Batavia.
Pada zaman pemerintahan putra Perunggit, yaitu
Tuanku Panglima Paderap, pada awal abad ke-18 terdapat ancaman dari Siak.
Pemerintahan Imperium Melayu Riau-Johor mulai lemah di bawah kekuasaan Sultan
Mahmudsyah II yang terbunuh pada tahun 1699 (dan diberi gelar Marhum Mangkat Di
Julang). Sejak itu Bendahara Tun Habib Amudi Nadji menjadi raja Johor dan
keturunan raja-raja Melaka putus. Peristiwa ini menimbulkan kekacauan yang
lebih besar, terutama dengan munculnya Raja Kecil dari Minangkabau melalui Siak
yang mengaku dirinya sebagai putra Marhum Mangkat Di Julang. Dia berhasil
merebut ibukota Johor dan memproklamasikan dirinya dengan gelar Sultan Djalil
Rahmatsyah pada 21 Maret 1717.
BALAIRUNG ISTANA SULTAN MELAYU SERDANG DI KOTA GALUH PERBAUNGAN koleksiM Muhar Omtatok_files |
Dengan meninggalnya Panglima
Paderap di Deli, terjadi perang saudara di antara ke-4 putranya, sehingga putra
mahkota (bungsu) terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang dan mendirikan Kerajaan
Serdang pada tahun 1720, sedangkan kakaknya, Panglima Gandar Wahid menjadi raja
di Deli. Saat pemerintahan putra Gandar Wahid, yaitu Tuanku Amal, Siak
menaklukkan Deli (1780), kemudian Amal diangkat menjadi Sultan Panglima
Mangedar Alam Deli dengan akta Sultan Siak tertanggal 8 Maret 1814. Sultan Amal
pernah ditemui John Anderson yang berkunjung ke Deli pada tahun 1823
(Edinburgh, 1826: 305–306; Sinar, 1970a: 33–47).
Di Serdang, keturunan Tuanku Umar
Kejeruan Junjungan melebarkan wilayahnya ke Denai, Perbaungan, Serbajadi,
Percut, Padang, Bedagai, dan Senembah, sampai ke pegunungan yang dihuni orang
Karo dan Simalungun. Pada zaman cucunya, Sultan Thaf Sinar Basyarsyah (1790–1850),
Serdang merupakan kerajaan yang makmur dan tenteram, seperti yang dikatakan
John Anderson ketika berkunjung ke wilayah tersebut, pada tahun 1823.
Kesultanan Serdang mengalami
kemunduran tatkala ditaklukkan tentara Hindia Belanda pada tahun 1865.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun 1907, Serdang mengakui
kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan
negara lain. Dalam peristiwa revolusi sosial di Sumatera Timur tahun 1946, Sultan
Serdang saat itu menyerahkan kedaulatannya pada pihak Indonesia.
Replika IstanaKesultanan Serdang di Perbaungan Foto :Wikipedia |
Situs Bersejarah Di Kabupaten Serdang Bedagai :
- Istana Kesultanan Serdang di Perbaungan
- Mesjid Sulaimaniyah Perbaungan
- Rumah Tua Tengku Umar
- Mesjid Sulaimaniya di Pantai Cermin
- SD 101929 di Perbaungan
- Rumah Penasehat Hukum Belanda di Perbaungan
- Stasiun KA Perbaungan
- Serdang Kanal di Pegajahan
- Menara Air Belanda Di Perbaungan
- SMA Negeri 2 Perbaungan
- Stasiun Ka Sei Rampah
- Vihara Hut Co Kong Sei Rampah
- Ruko Cina di Sei Rampah
- Mesjid Jamik Sei Rampah
- Mesjid Ismailiyah Tanjung Beringin
- Istana Kesultanan Bedagai
- Kantor Kerapatan Bedagai
- Rumah Panggung zaman Belanda di Pamela
- pajak Lama Bahsumbu di Sipispis.
- http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Setelah+Sepuluh+Tahun+Pemekaran%2C+Tidak+Punya+Ibu+Kota&dn=20140825191154
- http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ph/article/view/578
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Serdang_Bedagai
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Serdang
Post a Comment for "Sejarah Singkat Sei Rampah dan Kesultanan Serdang"
Post a Comment
Give Us Your Feedback!