Sedikit Cerita asal-usul Kampung Tarandam, Kabupaten Aceh Tenggara
![]() |
Credit : bachremifananda |
Aefarlava: Assalamualaikum.... Apa
kabar semua pembaca blogger yang sangat setia kalau lagi ada maunya, eheheh. Kali
ini saya akan sedikit mengulas tentang kampung dan asal kelahiran saya, dimana
banyak teman-teman saya yang masih bingung dan penasaran, dari mana asal saya,
kebanyakan teman-teman saya menduga bahwa saya adalah orang Alas atau Gayo
dilihat dari kabupaten asal saya yakni Aceh Tenggara, yang dominan diisi oleh orang
Alas dan Gayo, bahkan yang lebih lucunya lagi ada yang menduga saya adalah
orang Jawa mungkin karena wajah saya ada kek manis-manisnya gitu kali ya? ahahah
dan ada lagi kadang disebut orang Batak pula, kalau itu saya tak paham lah,
tapi tak apa biarkan para jomblo berfantasi liar dengan imajinasinya, ehh, kok
larinya menghina jomblo ya? Ahahahah ok fokus dulu dengan asal dan sejarah
kampung saya, jika ada kesalahan penanggalan sejarah atau pristiwa saya mohon
maaf karena info yang saya dapat berasal dari orang-orang tua di kampung saya
berasal, semoga bermanfaat dan menjadi sumber pemberkaya ilmu kita tentang
Aceh.
Saya
berasal dari Kampung Tarandam. Kampung Tarandam merupakan salah satu kampung
yang berada di Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara, namun dengan
berlakunya peraturan bupati Aceh Tenggara nomor 11 tahun 2009 tentang
penghapusan kelurahan kota kutacane dan pembentukkan kute Terandam kecamatan
Babussalam kabupaten Aceh Tenggara, kampung Tarandam yang dulunya termasuk ke
dalam kelurahan kota kutacane kini berada di wilayah kute Terandam sebagaimana
yang dimuat dalam pasal 4 sebagai berikut:
Pasal 4
1.
Kelurahan yang dihapus sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 2 dan 3 dijadikan menjadi kute Terandam.
2.
Wilayah dan penduduk kelurahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi wilayah dan penduduk kute Terandam.
Kute Terandam terbagi setidaknya 3 (tiga) wilayah yang
setingkat dengan dusun yakni Marhamah, Tarandam Kebun dan Terandam. Dulunya
hanya ada satu wilayah kampung Tarandam namun seiring waktu wilayah inti
kampung Tarandam menjadi bertambah luas hingga terbagi menjadi 3 (tiga)
wilayah.
![]() |
Anak-anak terandam sedang menikmati meluapnya kali bulan dengan bermain ski ari credit : M. Alizar Bikaufiq Djambak |
Menurut cerita orang-orang tua dulu, dulunya Kampung
Tarandam merupakan suatu wilayah yang tanahnya berupa rawa-rawa, dan tanahnya
lebih rendah dari kali bulan, sungai yang mengaliri sepanjang perkampungan ini,
yang oleh penduduk asli setempat (Suku Alas) enggan mengelola lahan yang berupa
rawa dan tanahnya pun lebih rendah dari kali, oleh karena itu mereka memberikan
secara Cuma-Cuma kepada orang-orang tua kami dulu yang baru saja datang dari
ranah Minang yang lebih tepatnya dari sungailimau, Pariaman yang dipelopori
oleh (Alm) Kakek Yatim, (Alm) Abd Rauf, engku Labu dan beberapa kepala keluarga
lainnya setidaknya di awal-awal tahun 1950-an.
![]() |
Kampung Tarandam Tahun 70-an C: Riduwan Philly |
Jauh
sebelum tahun 50-an, menurut info yang saya dapatkan dari situs web
Muhammadiyah Aceh, beberapa pemuda yang tidak dijelaskan apakah berasal dari
ranah Minang atau suku Alas-Gayo, yang mana setelah mereka kembali dari menuntut ilmu di Tawalib School, Padang
Panjang (Sumatra Barat)
menyebarkan ajaran Muhammadiyah di Aceh Tenggara sejak 1930-an, namun yang
dicatat oleh Muhammadiyah Aceh, sejak 1937 Muhammadiyah Aceh Tenggara telah
berdiri.[1]
Karena tanahnya lebih rendah dari
sungai yang mengaliri sepanjang perkampungan , jadilah setiap musim penghujan
kampung Tarandam digenangi oleh banjir yang ketinggiannya bisa mencapai
sepinggul orang dewasa dan dari situlah asal nama kampung tarandam kampung yang
selalu Terendam banjir.
Bahkan, dulu kata orang tua saya,
sewaktu saudara tertua saya masih dalam ayunan, banjir terparah menerpa kampung,
semua penduduk mengungsi ke rumah saudara di kampung sebelah, atau bagi yang
tidak mempunyai saudara dikampung sebelah mengungsi ke surau[2]
berbentuk panggung bermaterial dari kayu, namun sayangnya surau tersebut
malahan begeser beberapa meter dari tempat semulanya , dari kejadian itulah
penduduk dikampung Tarandam mulai bahu membahu untuk menganti material masjid
dari kayu menjadi beton, agar kokoh jika banjir menerpa kembali sewaktu-waktu.
![]() |
Gandang Tasa Kebudayaan Minang yang Masih dilestarikan di Terandam |
Bahasa
sehari-hari yang digunakan.
Bahasa ibu di
kampung Tarandam adalah bahasa Minang dengan dialek pariaman, namun dewasa ini
yang biasa menggunakan bahasa Minang sebagai bahasa pergaulannya hanyalah
kaum-kaum tua saja generasi ke-2 kampung, sedangkan generasi ke-3 termasuk saya
dan sedang memasuki generasi ke-4, sudah tidak femiliar lagi dengan bahasa asli
ibu mereka, alasannya karena orang-orang tua kami enggan mengajarkan bahasa
Minang ke anak-anaknya dan lebih suka berbahasa Indonesia di rumah, ditambah
dengan perkawinan dengan penduduk asli di Kutacane, membuat bahasa Minang
semakin tidak dikenal, bisa jadi suatu saat kenangan asal-usul mereka hanya
akan menjadi legenda atau pengantar gosip di waktu senja di kampung Tarandam,
sangat disayangkan perlu adanya tanggapan serius menghadapi permasalahan ini.
Mata
pencarian
Kebanyakan
masyarakat Tarandam yang bersuku Piliang, chaniago, Sikumbang, djambak, pili,
guci bermata pencarian sebagai pedagang, Pegawai negeri sipil, polisi, guru dan
ada beberapa yang menggeluti di bidang politik.
![]() |
Masjid Marhamah tahun 2016 credit : Riski Guci |
Kebudayaan
Minang yang masih Terjaga.
Kebudayaan
Minang yang masih terjaga di Kampung Tarandam adalah seperti Gandang Tasa,
upacara malam bainai, menjemput marapulai pitih panjampuik, tari piring, lukah
gilo (sudah lama tak dimainkan) memasak rendang, sala lauak, silek harimau (terakhir
populer tahun 2005 saya sempat merasakan belajar silek harimau sebelum masuknya
karate dan taekwondo) dan untuk segelintir anak mudanya tetap mempertahankan
tradisi merantau yang sudah ada sejak turun temurun meskipun sekrang trennya
anak-anak muda tarandam hanya mau tinggal di kampung saja. Mungkin itulah
segelintir budaya Minang yang masih dijaga dan dilestarikan oleh orang yang
berada di kampung Tarandam, sekian dari saya J
[1] Muhammadiyah
Aceh,Profil Muhammadiyah Aceh, http://aceh.muhammadiyah.or.id/content-2-sdet-profil.html,
di akses pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 17:03 Wib
[2]
Surau=Masjid
Post a Comment for "Sedikit Cerita asal-usul Kampung Tarandam, Kabupaten Aceh Tenggara"
Post a Comment
Give Us Your Feedback!