[[Opini]] “Cikeas Bersenandung Lagu Baru Dengan Irama Lama Untuk Jakarta?”
![]() |
Piala Lomba pidato B. Inggris Credit : Putri Maulidar Magfirah |
Note : Opini ini telah dipertandingkan pada lomba pidato bahasa Inggris yang berhasil meraih peringkat pertama di IAIN Antasari Bajarmasin oleh Putri Maulidar Magfirah pada tanggal 17 Maret 2017 Silam.
Judul : Cikeas Bersenandung Lagu Baru Dengan Irama Lama Untuk Jakarta?
Penulis : Riduwan Philly
Tanggal : 01 Maret 2017
Alih Bahasa Versi Inggris : Putri Maulidar Magfirah
AEFARLAVA-Runtuhnya
pemerintahan orde baru pimpinan pak Harto sembilan belas tahun silam membawa
babak baru bagi kehidupan rakyat Indonesia dalam bernegara dan bersosial, Orde
baru yang berkuasa selama 32 tahun mencengkram segala aspirasi dan kreatifitas
anak bangsa, kini diganti dengan era reformasi, dimana kebebasan telah dimiliki
kembali oleh tiap-tiap individu untuk berekspresi dan berkarya demi kemajuan
bangsa dan negara tanpa takut lagi dilanggar haknya oleh penguasa atau orang
yang memiliki kekuatan. Namun, sayangnya kebebasan tersebut mulai disalah
artikan menjadi sebebas-bebasnya oleh bangsa kita.
Masa
reformasi bertepatan juga dengan dimulainya era digital dimana diera ini akses
akan berita atau informasi baik yang akurat
maupun hoax sangat mudah didapati
cukup dengan gadget maupun smartphone digenggaman
anda, rakyat yang dulunya takut berargumen tentang pendapatnya terhadap isu-isu
sosial yang terjadi di masyarakat, kini dengan bebasnya berpendapat apa yang
ada dipikirannya dituangkan semuanya di media sosial seperti Facebook, twitter, Instagram maupun
media sosial lainnya, mereka berpendapat tanpa lagi memikirkan etika maupun
kesopanan, tak jarang ada segelintir masyarakat dengan tujuan tertentu melakukan
penghinaan dan sindiran terhadap orang atau pemerintahan yang tidak mereka
sukai dan tak jarang pula untuk mencapai tujuannya mereka menebar fitnah dan
isu yang tak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا
لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ
اْلإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki (Bohong) adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. [An Nur : 11][1]
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki (Bohong) adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. [An Nur : 11][1]
Dijelaskan
pada Firman Allah SWT diatas bagaimana hukuman bagi orang-orang yang menebarkan
berita Ifki (Bohong) yang akan dibalas oleh Allah terhadap apa-apa saja
perbuatan yang mereka perbuat dan hanya adzab yang besar yang menanti mereka
yang menebar berita Hoax dan Fitnah
atas sesamanya kaum Mu’min. Wallahu a'lam
Demokrasi
sebagai bentuk pemerintahaan yang dipilih oleh bangsa ini setelah reformasi
tahun 1998 seakan-akan kebablasan, diibaratkan ketapel yang pada jaman orde
baru talinya terlalu ditarik kebelakang dan setelah orde baru berakhir tali
tersebut terlepas sangat kencangnya kedepan, jadinya, dapat kita lihat sekarang
ini kebebasan diartikan sebagai kata sebebas-bebasnya tanpa lagi memikirkan
etika, sopan-santun, hukum yang berlaku, dan bahkan ajaran agama. Fitnah
dimana-mana betebaran, saling menuduh dan berprasangka buruk (Seuzon) satu sama lain sudah menjadi lumrah
akhir-akhir ini di per-televisian nasional kita, isu SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antar Golongan) berhembus sangat kencangnya, politik menjelang pemilu memecah
belah keluarga, saudara dan masyarakat. Lalu, menjadi pertanyaan, apakah itu
lumrah atau biasa? bagi saya hal itu merupakan suatu kewajaran dalam dunia
Demokrasi, apa lagi kita baru sembilan belas tahun menikmati indahnya reformasi
dan mengadopsi Sistem Demokrasi yang didalamnya terbuat teori trias political (Pemisahan Kekuasaan).
Perlu diketahui bahwa Amerika Serikat yang sudah sangat lama menganut Sistem
demokrasi baru bisa menerima pemimpin kulit hitam mereka 211 tahun setelah
mereka merdeka, hal ini terjadi tatkala presiden Barack Obama dilantik menjadi
presiden ke-44 Amerika Serikat pada tahun 2008 silam, mundur kebelakang lagi
mereka (USA) yang katanya sangat menjunjung tinggi HAM dan demokrasi memerlukan
waktu selama kurang lebih 64 tahun (1896-1960) untuk menghilangkan kebijakan segregasi[2]
lalu butuh waktu berapa lama yang diperlukan oleh bangsa kita untuk
penyesuaian terhadap sistem demokrasi yang baru terbentuk seumuran jagung ini secara
total? Wallahu a'lam
Menjelang
pemilukada 2017 yang diadakan pada tanggal 15 Februari silam yang diadakan serentak
di 101 daerah baik Provinsi maupun kabupaten/Kota membuat suhu perpolitikan
baik di Nasional maupun daerah memanas, terutama yang paling terasa suhu
politiknya di Pemilukada DKI Jakarta yang banyak pengamat politik mengatakan
bahwa pemilukada Jakarta terasa seperti Pilpres dikarenakan Jakarta merupakan
lambang Indonesia mini ditambah dengan begitu antusiasnya masyarakat mengikuti
tahapan demi tahapan proses Pemilu yang diselenggarakan oleh KPU (Komisi
Pemilihan Umum), terlebih dahulu kita kesampingkan dahulu isu “penistaan Agama”
yang menjerat calon Gubernur Basuki Tjahaja Kusuma atau yang akrab kita sapa
dengan pak Ahok, walaupun itu menarik untuk kita kupas lebih dalam lagi dari perspektif yang berbeda, Dari bursa
calon gubernur DKI Jakarta terdapat 3 orang pria terbaik bangsa ini yang maju
untuk memimpin jakarta 5 tahun kedepan, selain pak Ahok terdapat nama Bang Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Pak Anies Baswedan, dengan hasil akhir quick
count yang diambil dari litbang kompas membawa pasangan Ahok-Djarot unggul
dengan 42,87% Suara, disusul pasangan Anies-Sandiaga 39,76% dan terakhir
pasangan Agus-Sylviana 17,37 %[3],
ada satu hal menarik yang dapat kita lihat tatkala satu hari sebelum tanggal 15
februari atau satu hari sebelum proses pemungutan suara di mulai, mantan
presiden ke-6 Indonesia sekaligus ayah dari Bang Agus Harimurti Yudhoyono atau
biasa dipanggil AHY melakukan konfrensi pers dikediamannya di Cikeas menanggapi
isu yang digulirkan oleh Pak Antasari Azhar mantan dari pimpinan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi), ia menuding bahwa orang dibalik kriminalisasi atas
dirinya pada kasus pembunuhan (Alm) Nasarudin Zulkarnain diketahui oleh Pak
SBY, menanggapi isu itu didalam konfrensi persnya pak SBY balik melakukan
tudingan kepada Antasari Azhar dengan mengatakan menduga (Seuzon) ada maksud menjatuhkan elaktibilitas dia dan anaknya yang
esok hari akan bertarung di pemilukada DKI Jakarta dibalik perkataan Antasari
terkait dengan tudingan itu, pak SBY juga menggulirkan api panas pada
pemerintahan saat ini pimpinan pak Jokowi dalang isu ini semua, semua itu
dilandasi oleh dugaan tanpa mau memberikan pembuktian secara terang-terangan
hal ini akan menimpulkan rasa saling curiga satu sama lain diantara kita apalagi
yang sedang bertikai adalah para pemimpin bangsa ini.
Allah Berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya
sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car
kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12][4]
Lebih
jauh lagi senada dengan firman Allah SWT,
Rasulullah SAW Bersabda:
إِيَّا
كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا
وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah
kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah
sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang
lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling
membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Sudah jelas berdasarkan firman Allah
SWT serta sabda Baginda Rasulullah SAW diatas bahwa sudah semestinya kita
sebagai kaum muslimin dan muslimah untuk sebisa mungkin menghindari prasangka
buruk dan menuduh tanpa bukti kepada saudara kita lainnya yang seiman, apa lagi
yang melakukan adalah pemimpin kita sendiri alangkah lebih bijaknya masalah
tersebut tidak diungkap kedepan publik melihat peran mereka sebagai pemimpin
bangsa yang pada akhirnya akan memunculkan benih perpecahan antar anak bangsa,
sudah sepantasnya mereka menampakkan kearifan dan kebesaran hati mereka untuk
lebih bijak dalam menyelesaikan permasalahan secara lebih private. Sebelum isu panas antasari azhar ini muncul kepermukaan,
pak SBY sudah beberapa kali melakukan dugaan dan curiga terhadap pemerintahaan
Jokowi yang hendak menjatuhkan elaktibilitasnya dimata rakyat, mulai dari
Safari Politik tur de Java, dilanjutkan kasus Hambalang, HAM munir, kasus demo
212 dan yang paling heboh beberapa mahasiswa melakukan demo didepan rumah pak
SBY, mahasiswa menduga bahwa dalang dari carut marutnya perpolitikan bangsa
kita adalah tak lain pak SBY. Lebih lanjut lagi kecurigaan pak SBY semakin
menjadi dengan mengalamatkan dalang pendemoan terhadap rumahnya adalah
Pemerintahan sekarang, hal itu dapat dilihat pada twettan-twettan pak SBY di
Twitter, dia memposisikan dirinya sebagai orang yang dizalimi oleh pemerintahan
sekarang, kalau anda sering update berita nasional dan Meme-meme lucu, pasti
sudah akrab ditelinga ketika mendengar kata “Saya Bertanya?” yang memuat
tentang kekesalan pak SBY terhadap pendemo didepan rumahnya dan lagi-lagi
menduga ada unsur politik terhadap kejadian ini semua, banyak orang menduga
semua ini adalah senandung lagu baru pak SBY dengan irama lama, sebagai mana
kita ketahui pada pilpres tahun 2009 silam kasus penzoliman yang memposisikan
pak SBY sebagai orang yang dizalimi telah diperankan olehnya, hal ini sedikit
mampu meningkatkan elaktibiltas pak SBY kala itu, namun sayang pada saat ini
upaya penzoliman atas dirinya sepertinya kurang mampu memberikan kemagisan
suara untuk anaknya, hal ini terbukti dengan anjloknya suara nomor urut 1 pada
hasil quick count yang dirilis oleh media-media, pengamat menduga anjloknya
suara Agus-Sylviana disebabkan oleh Twittan pak SBY sendiri yang terlalu
membentengi atau posesive terhadap anaknya.
Banyaknya
kasus saling menuduh dan saling curiga diantara kita membuat kita menjadi lemah
tak hanya sebagai bangsa namun juga sebagai umat Islam, sudah sepantasnya
permasalahan tertentu apalagi dilandasi prasangka buruk atau kecurigaan dengan
mu’min lainnya tidak diumbar kedepan publik hal itu akan mengakibatkan
multitafsir dari masing-masing kubu yang mendukung salah satu pihak, kita
adalah bangsa besar, umat Islam terbesar di dunia, sudah semestinya kita
bersatu menjadi rahmatan lil alamin, dan sebagai contoh Demokrasi dan Islam
bisa saling berdampingan. Wallahu a'lam.
Darussalam 01 Maret 2017
Riduwan Philly
[1] Diakses
dari https://almanhaj.or.id/2634-berita-dan-bahayanya.html Tanggal
01 Maret 2017 pada pukul 09:04 WIB
[2]
Segregasi:Pemisahan kelompok-kelompok menurut suku bangsa dalam kehidupan
sehari-hari
[3] Di Akses
dari http://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/15/19011671/ini.hasil.akhir.quick.count.pilkada.dki.dari.5.lembaga.survei
pada pukul 11:30 WIB tanggal 01 Maret 2017
[4] Diakses
dari MediaIslam Salafiyah pukul 15:57 WIB Tanggal 01 Maret 2017
Post a Comment for "[[Opini]] “Cikeas Bersenandung Lagu Baru Dengan Irama Lama Untuk Jakarta?”"
Post a Comment
Give Us Your Feedback!