Kampung Garam di Dataran Tinggi Gayo

Lancang Rawan C: Khalisuddin (LG)

Aefarlava(Dari Beberapa Sumber), Pernah berpikir tidak, jaman dahulu bagaimana orang-orang tua atau nenek moyang kita yang berada di dataran Tinggi Gayo-Alas (Aceh) mendapatkan garam? yang pasti kita ketahui bahwa garam adalah komoditi khusus yang ikonik terhadap pantai atau pesisir saja, namun.tahukah kamu bahwa ada sebuah kampung di dataran tinggi Gayo yang sejak zaman dulu telah tersohor sebagai pemasok garam bagi kerajaan Linge dan sekitarnya termasuk daerah-daerah  Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues sekarang. Kalau belum tau dan mau tau berikut akan kami berikan info sejarah dan fakta kampung tersebut.

Lane, adalah kampung yang kami maksudkan. Kampung ini menyimpan sejarah penting, saat Kerajaan Linge berdiri sekitar 1025 Masehi (416 Hijriah), masa kehadiran Belanda sejak tahun 1902, pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang pecah pada tahun 1953 hingga penebangan pinus Merkusii oleh PT.KKA (Persero) untuk bahan baku kertas yang dimulai tahun 1985.

Lane, menurut saksi sejarah kelahiran 1936, M. Yusuf Aman Darma, warga Kala Empo Kampung Lane berasal dari kata Lan dan neLan berarti material penyebab air keruh, air menjadi tidak jernih. berarti “nya”. Lanne berarti lumpurnya.

Nenek moyang masyarakat Gayo menyebut Lane karena ditempat tersebut ada dua sumber mata air yang airnya tampak keruh, berasa asin kepahit-pahitan. Lanne ini menurut warga setempat yang berubah menjadi garam setelah dimasak, prosesnya persis seperti membuat garam di pesisir pantai. 

Sumber mata air itu jaraknya sekitar 2 kilometer dari sisi kanan jalan menuju Blangkejeren dari arah Takengon. Terdapat 2 sumber mata air, mata air pertama di sebut sebagai Lancang Rawan (Laki-laki-Gayo:red) dan yang kedua disebut Lancang Banan (Perempuan:Gayo-red). 

Jarak kedua Lancang ini sekitar 300 meter, Lancang Rawan berlokasi di arah timur di perbukitan dibawah rerimbunan pohon rotan dan jenis semak belukar lainnya sementara Lancang Banan di arah barat dipersawahan milik warga Lane.

Karena jauhnya daerah pesisir dari dataran Tinggi Gayo, membuat masyarakat yang bermukim di pegunungan itu mencari cara untuk mengakalinya, maka setelah di temukannya lancang rawan dan lancang banan, konon separuh dari kebutuhan garam dari kerajaan Linge dan sekitarnya telah dipenuhi oleh dua sumber mata air ini.

Lancang Banan C: Khalisuddin (LG)


Proses Pembuatan Garam LaneDalam ingatan M. Yusuf Aman Darma, pembuatan garam dilakukan dalam beberapa belanga (wajan) besar dengan volume maksimal hingga 12 kaleng air atau setara dengan 480 liter (1 kaleng 40 liter).
Suatu keanehan atau tanda tanya yang belum terjawab adalah air yang diolah menjadi garam mesti berasal dari kedua Lancang tersebut dengan volume yang sama. Jika yang dimasak atau diolah menjadi garam hanya bersumber dari salah satu Lancang baik Banan atau Rawan maka jangan diharap setelah di masak akan menjadi garam.
Pengalaman M. Yusuf Aman Darma, sebanyak 10 kaleng air yang dimasak akan menghasilkan garam sebanyak 3 are (bambu) garam dengan jangka waktu pemasakan sekira satu hari satu malam (24 jam). Garam yang dihasilkan dibagi-bagikan kepada masyarakat yang memerlukan, tidak ada jual beli saat itu.
Catatan Dari C. Snouck Hurgronje (Belanda)
Menurut catatan dari Snouck Hurgronje (Het Gajoland ez zijne Bewoners 1903), Lane berada di ketinggian 600 Kilometer dari permukaan laut, lanjut dari catatan Snouck, di lane 
selain pondok-pondok peruweren, terdapat juga pondok pemasak garam sebagai tempat bermalam selama bekerja. Di daerah itu terdapat dua buah sumur garam yang bernama lancang, sumur yang berisi air keruh dan mengelegak.
Garam Lane rasanya agak tawar, tetapi kalau terlalu banyak menjadi pahit. Di tempat pembuatannya, harga garam Lane untuk 8 are (16 liter) senilai 1 ringgit. Pada tahun 1901, Jansen seorang insinyur tambang telah membeli sedikit sampel garam Lane.
Dia kemudian meminta Professor Dr. P. van Romburgh menganalisis garam Lane. Hasilnya terdiri dari air (22,39%); pasir dan lain-lain (7,50%); CO2 (15,40%); SIO2 (0,40%); Cloor atau CL (18,20%); Alumunium atau Al2O2 dan Fe2O2 (2,90%); Kapur (15,75%); Magnesia atau MgO (5,18%); Natron atau Na2O (17,10%); dan Kali atau K2O (0,20%).
Sumber :
http://lintasgayo.co/2014/08/25/garam-lane-di-mata-snouck
http://lintasgayo.co/2015/03/14/lane-penghasil-garam-kerajaan-linge

Post a Comment for "Kampung Garam di Dataran Tinggi Gayo"