Menyikap Tabir di Balik Nama Lawe (Air)


Sungai Alas
         KUTACANE (20/12/2014), Jika anda berkesempatan berkunjung ke tanah kelahiranku Kutacane, Aceh Tenggara suatu saat nanti, anda pasti akan menemukan hal yang unik tidak hanya pada kebudayaannya yang di puja-puji, tanah surgafi, ataupun Taman Nasional Gunung Leuser yang masih banyak menyimpan misteri flora-fauna yang belum terkuak habis, anda juga akan menjumpai banyak nama Kute (kampung/Gampong/Desa/Nagari) di kutacane berawal dengan awalan Lawe (Red-Alas: Air) dan Pulo (Red-Alas: Pulau), sebagai contoh anda akan menjumpai yang namanya Kecamatan Lawe Bulan, kampung Lawe Dua, Lawe Sigala-gala, Lawe Pakam, Pulo Nas, Pulo Kembiri, Pulo Latong, dll.

         Kenapa awalan nama itu bisa menjadi favorit? post kali ini akan membahas hal tersebut, dari leteratur buku lama yang pernah saya baca sewaktu SMP dulu, dari seorang teman, ejaannya masih ejaan yang belum disempurnakan dan masih berupa sair-sair seperti gurindam 12 di Masyarakat Melayu, jadi sangat sulit bagi saya membaca dan memahaminya pada waktu itu, terakhir beranjak dewasa saya teringat kembali akan hal tersebut dan saya mencoba untuk mencari bukunya tapi sayang bukunya entah kemana larinya tanpa jejak. sangat disayangkan buku yang berisikan sejarah identitas bangsa tak dijaga dengan baik.

        Dari pemahaman saya waktu dulu dapat saya jelaskan sedikit tentang asal-usul nama lawe dan pulo di Tanah Sepakat Segenep ini. Bismillah, legenda berbicara, awal mula nenek moyang suku Alas datang ke tanah sepakat segenep ini berawal dari tanah yang masih berupa lautan yang mana lautan itu berisikan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau kecil itu berisikan sungai-sungai yang besar dan deras, dan oleh seorang pemimpin diantara mereka yang mempunyai mukjizat tongkat membelah lautan menjadi daratan baru yang luas dan subur dan oleh masyarakat tersebut menamai daerah mereka berasalkan dari sungai-sungai  dan pulau-pulau kecil yang sebelum adanya daratan luas.

       Pada dasarnya saya adalah orang yang tidak mempercayai legenda maupun tahayul? karena di balik legenda dan tahayul itu pasti ada penjelasan secara ilmiahnya, disini saya akan menjelaskan secara singkat kenapa lawe dan pulo bisa sebegitu favorit menjadi awalan nama kampung di kutacane. yang dapat saya pelajari adalah di kutacane mempunyai banyak sumber mata air yang menjadi sungai baik kecil lawe sikap, lawe ger-ger maupun besar lawe alas dan lawe bulan, kebanyakan di nusantara untuk menamakan nama kampung asalnya diambil dari penampaan geografis dari daerah tersebut begitu juga dengan yang terjadi di kutacane, dan mengapa ada nama pulo? itu dapat saya tafsirkan begini, di kutacane dapat kita temukan daratan/jalan yang naik turun itu dapat kita tarik kesimpulan pada zaman dahulu daerah itu merupakan daerah aliran sungai? bukan tidak mungkin sungai itu berukuran besar yang mana ditengah sungai itu ada daratan kecil yang otomatis daratan itu tanahnya subur? jadi mereka menyebutnya dengan pulo (Pulau) hal itu masih dapat dijumpai di sungai Alas pada saat saya masih SMA saya masih bisa melihat pulau kecil di sungai tersebut (Lebih tepatnya lagi di kampung Mbarung). dan pada masa tertentu sungai itu mati tak dialiri lagi menjadi daratan yang luas, kejadian ini mungkin akan terulang kembali pada sungai bulan yang pada saat saya masih SD sangatlah deras sepanjang tahun namun pada akhir-akhir ini mulai menyusut debitnya bukan tidak mungkin di masa yang akan datang sungai itu akan menjadi legenda dan nama kampung baru di kutacane.
       Mungkin cukup sekian dari postingan saya, lebih dari kurang saya mohon maaf, Wassalam!

Post a Comment for "Menyikap Tabir di Balik Nama Lawe (Air)"