Tapak Tilas Tugu Benteng Kuta Reh Sisa Dari Kebengisan Pasukan Van Daalen

Benteng Kuta Reh, Kab. Aceh Tenggara tahun 2017
Credit : Riduwan Philly

           AEFARLAVA (16 Januari 2017) Tugu Benteng Kuta Reh merupakan saksi bisu dari sebuah perang yang dikobarkan oleh Pasukan Belanda Pimpinan Kapten Van Daalen di Lembah Alas pada tanggal 14 Juni 1904, Menurut catatan J.C.J Kempees korban yang mati Syahid dari rakyat Gayo-Alas berjumlah 313 pria meninggal, 189 wanita meninggal, 59 anak-anak meninggal, 20 wanita luka berat, 31 anak-anak luka berat, 63 anak anak dan wanita cedera, 75 karaben disita dan bahan bahan makanan. Sumber lain juga mengatakan korban jiwa yang mati syahid sendiri terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan (Menurut Asnawi Ali) Tetapi Menurut Zentgraaff korban lebih banyak lagi yakni berjumlah  4.000 orang. Banyaknya korban jiwa dari pihak bangsa Gayo-Alas bisa jadi dilandasi oleh keyakinan yang kuat dari bangsa Gayo-Alas bahwa lebih baik berlumurkan darah daripada dijajah oleh bangsa kafer Belanda ditambah lagi kaum wanita dan anak-anak tidak ada yang berada diluar benteng mereka saling bahu-membahu membantu kaum lelaki mengusir Belanda yang hendak menjajah Lembah Alas. Kerugian yang di dapat pada pihak Belanda sendiri menurut J.C.J Kempes 2 marsause tewas, 3 opsir luka luka masing masing, Kapten Scephens, Letnan van bram moris, Letnan cristoffel, 1 brigade lebih marseuse luka luka, 4400 peluru ditembakan  Diantara yang tewas terdapat Kepala Kampung Kuta Reh dan Kejeruntua Batu Mbulan dan Pengulu Cik Batu Mbulan.
 


Bukti Kekejaman Pasukan Belanda
Pimpinan Kapten Van Daalen di Benteng
Kuta Reh tahun 1904
C: Tropen Museum


        Pembantaian Tentara Belanda atau bisa juga disebut sebagai genosida pertama Bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia yang terjadi ditahun 1904 dimana gubernur Aceh waktu itu hendak menguasai Aceh secara keseluruhan, maka diutuslah seorang pewira Belanda kapten Van Daalen yang sangat membenci bangsa pribumi untuk menguasai sisa-sisa wilayah kesultanan Aceh Darussalam yang masih berdaulat penuh atas negerinya, Gayo dan Tanah Alas, konon hasil dari ulah Van Daalen disetiap benteng yang ia temui bisa dipastikan tidak akan menyisakan satu orang pun yang selamat, bahkan dibenteng kuta reh (Tanah Alas), konon hanya menyisakan satu orang anak laki-laki yang berhasil selamat dan dibawa ke kuta raja (Banda Aceh) untuk dipertontonkan kepada Orang-orang Belanda yang ada di Kuta Raja sebagai tanda kemenangan mereka terhadap Bangsa Gayo-Alas dan penaklukkan sisa wilayah Kesultanan Aceh Darussalam.


          Besarnya korban jiwa yang berjatuhan membuat siapa saja akan terperanga dan tertenggun, bagaimana bisa bangsa Belanda pimpinan Kapten Van Daalen dengan gampangnya membantai manusia sebegitu banyak tanpa belas kasihan, semua isi dari benteng tersebut di luluh lantakan oleh mereka, hal inilah yang membuat saya penasaran mencoba untuk melihat lebih dekat bagaimana bentuk fisik dan letak Tugu Benteng Kuta Reh saksi bisu kebengisan Pasukan Mersose Belanda. 

              Letak Tugu peringatan Benteng Kuta Reh sendiri berada tidak begitu jauh dari Kota Kutacane hanya memerlukan waktu selama 5 menit dari ibu kota Kabupaten Aceh Tenggara tersebut, lebih tepatnya Tugu ini berada di Kute Gumpang, Kecamatan Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara, hal pertama sekali yang saya rasakan pada saat memasuki pintu masuk Tugu adalah hawa mistis yang begitu kuat, hening, dingin dan ditambah lagi keengganan seorang sahabat yang menemani kunjungan saya ke tunggu untuk masuk lebih kedalam lagi, jadinya ia hanya menunggu dari luar. sebelum saya memasuki  lebih kedalam Benteng sahabat saya sedikit membuat kecemasan saya semakin menjadi-jadi tatkala ia berujar dan mewanti-wanti untuk tidak berlama-lama didalam benteng takut-takut saya terkena syiah/Slug (Istilah untuk orang yang diikuti oleh Setan) namun yang ada dalam pikiran saya kala itu mana mungkin saya terkena yang begitu, saya tidak berniat jelek terhadap benteng maupun mereka yang bersemayam di benteng ini.

Tampak dipuncak Tugu peringatan Benteng Kuta Reh
Seorang pejuang Alas menggunakan baju mesirat dan ditangan
kanan memegang pedang mekhemu dan dikiri memegang
sebuah bambu C: Riduwan Philly
                Bentuk fisik dari Tugu ini tidak begitu luas yang terdiri dari dua bangunan satu bangunan berbentuk seperti sebuah benteng dengan dua tingkat dan ditingkat paling atas terdapat sebuah benda yang membentuk seperti bambu, di bangunan satunya lagi berbentuk persegi panjang yang dipuncak paling atas bangunan ini berdiri seorang pejuang Alas lengkap dengan baju mesiratnya dan menggenggap sebuah pisau mekhemu ditangan kanan dan bambu ditangan kiri, dari hasil pengamatan saya di perkirakan luas keseluruhan dari tugu benteng ini hanya seukuran 10 x 5 M dan tingginya mencapai lebih dari 5 M, disisi sebelah kanan benteng terdapat beberapa makam yang belum bisa saya pastikan apakah itu makam korban tragedi benteng kuta reh atau makam masyarakat setempat yang dibangun sesudah tragedi ini terjadi. namun sangat di sayangkan tugu benteng ini tidak dirawat dengan baik terbukti dengan gampangnya masyarakat setempat menanam jagung disekitaran benteng dan kurangnya papan informasi yang bisa kita peroleh pada saat berada didalam benteng ini, sangat disayangkan aset sejarah yang begitu penting artinya bagi generasi masa depan pemuda Agara tidak dirawat sebagai mestinya, begitu besar pengorbanan para pahlawan kita sampai kita menikmati masa kemerdekaan dewasa ini yang membuat kita lupa akan jasa mereka!!  

Benteng Kuta Reh Credit Riduwan Philly 2017

Post a Comment for "Tapak Tilas Tugu Benteng Kuta Reh Sisa Dari Kebengisan Pasukan Van Daalen"