Mengenal Si Rancak, Pendekar Ala Robin Hood dari Minangkabau!
![]() |
Ilustrasi Si Rancak C: Google |
AEFARLAVA-Kisah Robin Hood di Inggris
ataupun si Pitung di Batavia ternyata banyak juga terjadi didearah lain. Salah
satunya adalah orang yang terkenal dengan sebutan si Rancak dari Kota Padang
pada awal abad 19.
Kota Padang sejak abad 18 merupakan kota
metropolis terbesar di Sumatera karena aktivitas perekonomiannya apalagi sejak
dibukanya tambang batubara di Ombilin dan pelabuhan Teluk Bayur serta
perkebunan-perkebunan baru.
Seiring dengan kemajuan perekonomian angka
kriminalitaspun turut bertambah. Perkelahian antar perguruan silat ataupun
kelompok kriminal seringkali terjadi. Orang-orang dari Pauh dan Koto Tengah
juga tercatat paling sering membuat onar di kota Padang karena rasa benci yang
mendalam terhadap Belanda sebagai penjajah.
Si Rancak digambarkan sebagai pemuda yang
rupawan, mungkin karena itu pula ia disebut si Rancak. Pada wajahnya terpancar
sifat keras hatinya. Badannya tinggi semampai, atletis, sigap dan lincah
seperti macan. Hidungnya sedikit bengkok dengan kumis panjang dan tipis. Yang
paling menonjol adalah sorot matanya yang tajam dan berapi-api dan disebut si
Mata Setan oleh Belanda.
Si Rancak ini selain ditakuti, ia juga memiliki
banyak pengagum dan pengikut. Pada tahun 1880, ia merupakan musuh nomor satu
aparat kepolisian kota Padang. Usaha menangkapnya sering gagal, mungkin karena
si Rancak ini lebih mengenal medan atau karena banyak penduduk kota Padang yang
menyembunyikannya bila dikerjar Belanda ataupun banyak aparat kepolisian yang
tidak ingin konfrontasi fisik langsung dengan si Rancak.
Si Rancak adalah seorang penjahat yang mencari
nafkah dengan melakukan perbuatan melawan hukum. Tetapi ia juga dikenal sebagai
orang yang tidak senang menindas orang yang lemah. Si Rancak selalu
mengandalkan kemampuan silatnya, ia selalu menantang orang-orang yang
dianggapnya mampu bertarung kecuali bila orang tersebut secara sukarela
memberinya uang sirih atau uang tembakau (Upeti). Seringkali pula uang yang
didapat diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.
Si Rancak memiliki banyak pengikut, murid dan
lebih banyak lagi pengagumnya. Bila seseorang ketahuan sebagai mata-mata
polisi, adalah hal yang beruntung bila rumahnya hanya dibakar oleh kawanan si
Rancak ini.
![]() |
Orang Bule Belajar Silek Harimau C : branchoftheworld |
Dalam aksinya tidak selalu si Rancak ini
berhasil, tercatat dua kali ia pernah gagal. Pertama, di gelanggang kuau
(burung aduan), dekat kota Padang. Disana si Rancak melihat seorang pria
berjalan bersama putrinya yang masih kecil dengan membawa bungkusan. Seperti
biasa si Rancak sedang tidak punya uang dan ia menyapa hormat pria itu dan setelah
basa-basi diketahui bahwa pria itu berasal dari Indrapura dan hendak pergi ke
Mekkah. Seperti biasa juga ia menantang pria tersebut, hasilnya si Rancak
terpaksa mengambil langkah seribu dengan mata merah berair, untung saja ia
tidak buta.
Si Rancak mungkin adalah pendekar silat jempolan
tetapi silat bukan satu-satunya ilmu beladiri yang berkembang di kota Padang.
Pada masa itu telah berkembang pula beladiri kuntao yang dipakai orang Cina dan
kebetulan calon haji yang ditemuinya ini adalah ahli kuntao yang jari-jarinya
telah terlatih, keras dan sangat berbahaya.
Kekalahan si Rancak yang kedua ialah ketika ia
sedang meminta uang tembakau tetapi kali ini yang ditemuinya adalah ahli gulat.
Mungkin karena cara bertarung yang tidak biasa ditemui, si Rancak mengalami
kesialan, ia berhasil dipiting dan tidak dapat bergerak hingga berteriak-teriak
minta ampun.
Walaupun dengan dua catatan kekalahan itu, si
Rancak tetap tidak jera dan dianggap jagoan. Diantara pengikutnya ini terdapat
pula orang-orang Belanda yang lahir dan besar di kota Padang yang bekerja
sebagai pegawai rendahan ataupun penjaga toko. Tugasnya adalah mengambil
barang-barang milik majikan mereka.
Entah berapa banyak perampokan dan pembakaran
yang dilakukan si Rancak dan kelompoknya, pihak kepolisian kota Padang selalu
gagal menangkapnya walaupun telah mengetahui tempat persembunyiannya. Si Rancak
ternyata telah mengembangkan jaringan mata-matanya seperti yang dilakukan
polisi. Ketika pengawasan dilakukan makin ketat, si Rancak melarikan diri ke
Jambi dan bergabung dengan kelompok Sultan Taha.
![]() |
Ilustrasi Silek Harimau C :Nikodemusoul |
Penangkapan si Rancak
Marah Pense adalah seorang mantri kopi tetapi ia
memiliki banyak tugas seperti polisi, mantri jalan, penyuluh pertanian,
pengamat irigasi dan lain-lain. Marah Pense sering mendapat tugas-tugas yang
berat karena oleh Belanda, ia dianggap tahu benar keadaan rakyat. Marah Pense
menjabat sebagai mantri kopi di Panjalinan, sebuah daerah yang rawan.
Kontrolir Pauh memberi Marah Pense dan saudaranya
Marah Dayat Sutan Pangeran untuk menangkap si Rancak, hidup atau mati, sebuah
tugas yang cukup sulit. Setelah mengeluarkan banyak uang untuk membeli
informasi, Marah Pense mengetahui bahwa Si Rancak tidak pergi ke Jambi tetapi
ke utara dekat Manggopoh. Dengan membawa enam pengawal bersenjata lengkap
mereka berangkat ke Manggopoh, Marah Pense sendiri membawa senapan laras ganda.
Didepan sebuah lapau (warung kopi), Marah Pense
melihat seorang wanita dengan bungkusan disebelahnya. Ketika bungkusan itu
diperiksa, didalamnya ditemukan sepucuk pistol dan beberapa senjata tajam.
Setelah diinterogasi, ditemukanlah pemiliknya dan ia mengaku bernama si Rancak.
Kebiasaan si Rancak tetap tidak berubah, ia
menantang bertarung Angku Mantari tetapi belum selesai si Rancak bicara,
senapan pengawal Marah Pense telah meletus mengenai dada dan tembus kepunggung.
Menyadari keadaan tidak menguntungkan si Rancak segera terjun ke sungai
disebelah lapau, Marah Pense segera mengejarnya dan terus menerus memukuli si
Rancak dengan senapannya. Menurut laporan si Rancak terus melawan hingga
akhirnya ia berhasil menyelam dan tiba diseberang sungai, akan tetapi tidak
lama kemudian ia jatuh pingsan. Berakhirlah riwayat si Rancak.
Si Rancak diikat erat dengan sebuah tangga dan
dibawa kerumah kontrolir di Lubuk Bagalung tetapi kontrolir menyuruh si Rancak
dibawa ke kota Padang, dengan iringan banyak orang yang ingin ikut melihat si
Rancak. Sesampainya mereka ke kota Padang, kontrolir dan asisten-asistenya
menolak dan menyuruh si Rancak dibawa kembali ke Lubuk Bagalung. Tetapi sekali
lagi si Rancak disuruh dibawa kembali ke kota Padang, setelah rombongan Marah
Pense beristirahat dan si Rancak dalam keadaan terluka parah ditaruh digudang
untuk dipertontonkan kepada masyarakat, mereka berangkat lagi ke kota Padang.
Karena kabar penangkapannya telah tersiar, makin
berduyun-duyun masyarakat datang untuk melihat si Rancak. Tentara didatangkan
untuk menjaga keamanan dipenjara Pulau Karam karena beredar isu bahwa rakyat
Pauh ingin membebaskannya. Akhirnya si Rancak meninggal dunia pada hari yang
sama karena kehabisan terlalu banyak darah.
Si Rancak dan Marah Pense adalah saudara
seperguruan silat yang menurut aturan pada waktu itu, sesama saudara
seperguruan tidak boleh saling serang dan baku hantam. Berita yang beredar
waktu itu, Marah Pense kesal karena si Rancak meniduri janda Marah Pense tanpa
ijinnya. Atas jasanya menangkap si Rancak, Marah Pense mendapat hadiah 50
gulden.
![]() |
Ilustrasi Silek Harimau C: Minangkabau News |
Kisah Pengikut si Rancak
Si Galuang dan Baruak adalah dua pengikut si
Rancak yang ditangkap setelah si Rancak meninggal dunia. Sebuah ekspedisi yang
terdiri dari satu pasukan polisi dari Pauh, Penghulu Rajo Dihilir, centeng
bernama si Gagak Rajo Jambak dan beberapa jagoan asal Jawa seperti Kadirun dan
Gundat juga dikerahkan untuk menangkap mereka berdua di Bandarbuat ketika
mereka menginap dirumah saudara perempuan salah seorang dari mereka, didekat
jalan menuju ke Mata Air, perbatasan Wijk VII tetapi ekspedi ini kembali dengan
tangan hampa.
Seorang kontrolir Belanda bernama H.A Mess yang
bertugas di Painan mendengar nama si Kabuik, seorang pendekar silat. Ia sering
mendengar kehebatan para pendekar silat di Sumatera, mungkin karena si Kabuik
ini luar biasa hebatnya maka ia menawarkan pekerjaan sebagai pembantu polisi.
Si Kabuik senang bukan kepalang, karena ia hanyalah seorang pemancing ikan dan
sekarang mendapat penghasilan tetap. Si Kabuik tetap melanjutkan pekerjaannya
sebagai pemancing ikan diwaktu luangnya.
Si Kabuik adalah orang yang sopan dan mungkin
lebih manusiawi, tidak seperti Marah Pense yang senang main keroyokan dan gemar
menyiksa. Si Kabuik menangkap Galuang dan Baruik seorang diri, dua orang sekali
tangkap. Sebenarnya ia dikawal dua pengawal bersenjata, tetapi sewaktu tiba
ditempat persembunyian kedua orang itu, si Kabuik masuk seorang diri untuk
menantang keduanya berkelahi, setelah keduanya menyerah kalah, mereka dibawa ke
kota Padang tanpa di borgol, saat memasuki kota, mereka diborgol untuk sekedar
formalitas saja. Menurut berita di surat kabar waktu itu, keris pusaka yang dipinjamkan
oleh regen itupun tidak sempat keluar dari sarungnya dalam perkelahian itu.
Berikut adalah nasib dari beberapa anggota
kelompok si Rancak, Baruak akhirnya dipenjara untuk waktu yang lama, Mara Otong
dibawa ketempat pembuangan, Galuang tewas, Abang dieksekusi mati dengan cara
digantung. Beberapa orang tidak pernah tertangkap.
Reference:
- Rusli Amran, Padang Riwayatmu Dulu, 1988, Cetakan Kedua, Penerbit CV. Yasaguna.
- http://www.pelaminanminang.com/fakta-menarik/kisah-robin-hood-dan-si-pitung-dari-kota-padang.html
Post a Comment for "Mengenal Si Rancak, Pendekar Ala Robin Hood dari Minangkabau!"
Post a Comment
Give Us Your Feedback!