Asal Usul 27 Marga di Aceh Tenggara dan Larangan (Bagian I)




Disebutkan (lih, Akifumi Iwabuchi, 1990:13) suku Alas asli punya empat marga yaitu: Marga Anggas (MeRge Anggas), Marga Pagan (MeRge Pagan), Marga Pereudeustee (MeRge Kepale Dese), dan Marga Keursuas (MeRge KeRuas).


Disebutkan Juga bahawa Marga yang ada di Aceh Tenggara itu terdiri dalam dua kelompok yakni “marga asli” dan “marga baru”. Menurut catatan marga asli itu terdiri dari 8 marga, sementara marga baru terdiri 19 marga. Marga baru disebutkan merupakan marga pendatang ke Aceh Aceh Tenggara dan menjadi kekayaan klan di daerah tersebut. terbagi dua.

Klan Asli di Tanah Alas.

1. MERGE BANGKO
Marga ini mempunyai tali persaudaraan dengan Merge Cibro, Merge Deski, Merge Keling, Merge Kepale Dese, Merge Keruas, dan Merge Pagan. Merge ini dilarang ada ikatan perkawinan. Marga ini dan marga Bangko tidak boleh ada ikatan perkawinan dengan dua puluh lima marga lainnya di tanoh alas selain dengan marga Selian dan marga Mencawan, karena kedua marga ini berasal dari satu klan. Marga Bangko diyakini berasal dari Sumatera bagian tenggah yang datang ke tanah alas dari danau Bangko di daerah Aceh Selatan dan Tanah Dairi. Marga Bangko dilarang memakan daging burung merpati yang berbintik (Burung Tekukur/ Streptopelia chinensis) yang disebut Ndukur dalam bahasa Alas. Marga Bangko mendiami di Desa Gulo di Kecamatan Darul Hasanah (Kecamatan Badar sebelumnya), namun sekarang marga Banggo juga sudah banyak pindah dari desa Gulo di Desa Terutung Pedi atau Muara Lawe bulan di Kecamatan Babussalam.

2. MERGE CIBRO
Diyakini marga ini berasal dari daerah Minangkabau, di Daearah Karo juga ada satu marga yang mempunyai nama mirip Tijbero atau Sibro (Joustra 1926:197, Kreemer 1923:302, Singarimbun 1975:74), Di Daearah Pak pak atau Dairi marga yang sama Tijbero, Tjibëro, atau Siboro (ypes 1907:629, 632, 1932:536, 553) di Daerah Toba Sibôrô (ypes 1932:548) dan di Daerah Gayo Tjebers (Snouck Hurgronje 1903:157). Marga ini dilarang memakan daging kerbau putih-merah (Bubalus bubalis) dalam bahasa alas kerbau jagat (Kreemer 1922:506) dan pisang mas (Musa acuminate) dalam bahas alas galoh semas, marga cibro diyakini bisa memakan jenis pisang ini asal bukan yang akan memakan yang menanam pohonnya, marga ini bisa ditemui di desa Tanjung kecamatan Darul Hasanah.

3. MERGE DESKI
Marga ini diyakini berasal dari Daerah Deli Sumatera Utara, sebagai bagian dari marga Bangko, yang bermarga ini dilarang memakan daging burung merpati yang berbintik (Burung Tekukur/Streptopelia chinensis) yang disebut ndukuR dalam bahasa Alas, marga ini ditemui di Desa Mbarung di Kecamatan Babussalam, Kute Bantil, Kute Genting di Kecamatan Lawe Bulan dan Desa Pedesi di Kecamatan Bambel,

4. MERGE KELING,
Marga ini diyakini berasala dari India Selatan, dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia keling merarti Kling atau Tamil dari India Selatan (Echols et al. 1963:175, Vilkinson. 1959:542) ada sub marga juga dengan nama yang sama di Daearah Karo (Singarimbun. 1975:74), di Daerah Karo istilah keeling berarti klinga (Joustra 1907:48, Neumann 1951:144) menurut (Kreemer. 1922:219), marga keling ini berimigrasi dari kerajaan Klinga di Pantai Coroiandel India Selatan Ke Aceh. Marga ini dilarang melihat dan memakan burung merpati dan menanam dan memakan jelatang dalam bahasan Alas waRang Pupus atau waRan puspus (Poikilospermum azureum). Marga ini ditemui di Desa Mamas Kecamatan Darul Hasanah, sekarang juga sudah bisa di temui di Desa Natam Kecamatan Badar,

5. MERGE KEPALE DESE.
Marga ini diyakini berasal dari Daerah Pagaruyung Sumatera Barat, marga ini juga dilarang memakan daging burung merpati yang berbintik (Burung Tekukur/Streptopelia chinensis) yang disebut ndukuR dalam bahasa Alas, marga ini mendiami desa Terutung Pedi, dan saat ini marga ini juga ada di desa Pulo Nas, Desa Mbatu Mbulan Kecamatan Babussalam, selain itu marga ini juga menyebut mereka bergabung dengan marga Pinim dengan maksud membentuk satu marga yang besar, hal ini dirasakan manfaatnya misalnya, bekerjasama dalam melaksanakan hajatan atau acara adat lainya.

6. MERGE KARUAS
Diyakini berasal dari danau Bangko di Daerah Aceh Selatan, jenis tanaman yang dilarang bagi marga ini adalah pohon Johar dalam bahasa Alasnya njuhaR (Cassia simaea), marga ini dapat ditemui di Desa Telaga Mekar Kecamatan Lawe Bulan, tetapi sekarang juga bisa di temui di daerah sendalanen di Kecamatan Bambel.

7. MERGE PAGAN
Marga ini juga diyakini berasal dari Danau Bangko di Bagian Selatan Aceh dari jalur daerah toba dan karo, dengan sebutan klan SiNaabela, Sinaanéla atau Sinambela dikalangan Batak Toba dan marga Kembaren dikalangan Batak Karo (Joustra 1926:197. Kreemer 1920:102. 1923:302, Singarimbun 1975:74) Marga pagan dilarang memakan daging kerbau putih-merah (Bubalus bubalis) dalam bahasa alas keRbau jagat, pohon juhaR, tumbuhan putri malu/ Acacia Pennata yang disebut seRit (dalam bahasa alas). Marga ini tersebar diantara desa Kute Lengat Pagan/Kute Melie, Tualang Sembilar, dan Tualang Baru di Kecamatan Bukit Tusam, dan Desa Salim Pinim di Kecamatan Tanoh Alas, namun ada beberapa keluarga marga pagan yang pindah ke Desa-desa lain seperti Kutacane Lama di Kecamatan Babussalam, Rumah Luar di Kecamatan Lawe Alas dan Titi Mas di Kecamatan Tanoh Alas.

8. MERGE SELIAN, 
Marga ini adalah marga yang terbesar dari semua marga di tanah alas, ini terdiri dari banyaknya kelompok etnis yang pindah ke tanah alas, sehingga marga ini memiliki ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan marga-marga yang lain di tanah alas. Marga ini tersebar di desa Gusung Batu, Penampaan, Lawe Pangkat di kecamatan Deleng Pokisen dan Kuta Ujung, Terutung Kute, Kute Rambe, Pulo Piku di Kecamatan Darul Hasanah, Desa Kuta Rih, Prapat di Kecamatan Babussalam, Kute Mbaru, Lawe Sagu, Kandang Mbelang di Kecamatan Lawe Bulan, Pulo Nas, Batu Mbulan, Terutung Pedi, Kute Pasir di Kecamatan Babussalam, Kute Lengat Selian di Kecamatan Bambel, Ngkeran, Rumah Luar, Lawe Kongkir dan Muara Baru di Kecamatan Lawe Alas, dan lain-lain. (Bersambung Bagian II)

1. Asal Usul 27 Marga Di Aceh Tenggara (Bagian I) 

2. Asal Usul 27 Marga Di Aceh Tenggara (Bagian II)
3. Asal Usul 27 Marga Di Aceh Tenggara (Bagian III)

Post a Comment for "Asal Usul 27 Marga di Aceh Tenggara dan Larangan (Bagian I)"