Kesenian Berbalas Pantun di Pulau Sumatera



Seni Berbalas Pantun Pada Masyarakat Adat Minangkabau
(Foto : FokusRiau.com)

 AEFARLAVA-Kuta Cane: Kesenian berbalas pantun mungkin sudah tak asing lagi bagi kalangan masyarakat di Indonesia terutama di Pulau Sumatera yang sangat mendarah daging dengan tradisi ini, berbalas pantun tak hanya sebagai hiburan semata, akan tetapi terdapat edukasi, dan pituah yang terkandung didalamnya. Biasanya dimasyarakat rumpun Melayu di Sumatera (Melayu-Deli, Riau, Bangka, Minangkabau, Aceh, Palembang dll) memasukkan tradisi ini kedalam salah satu prosesi adat pernikahannya, bahkan di palembang dikenal yang namanya seni pantun bersahut.

Pantun bersahut sendiri diperuntukan apabila seorang pemuda menaksir seorang pemudi, maka yang dilakukan adalah lewat di depan rumah orang tua si gadis, biasanya pada sore hari, dan dengan sengaja melantunkan pantun cinta. 

Kalau si pemudi kurang yakin tentang siapa yang melantunkan pantun cinta tersebut, ia akan mencari tahu siapa si pemuda tersebut, dengan membuka horden sedikit dan mencoba memastikan apakah yang melantunkan pantun cinta tersebut kenalan lamanya atau orang lain.
Apabila si pemudi tidak tertarik menjalin tali kasih lebih lanjut dengan sang pemuda, maka ia pura-pura tidak mendengar lantunan pantun cinta tersebut, dan berdiam diri tanpa menyahut pantun sang pemuda. Namun kalau pemudi tertarik untuk menjalin hubungan lebih lanjut dengan pemuda, maka sang pemudi akan menyahut pantun pemuda dengan pantun cinta yang relevan pula.

Di masyarakat Melayu-Karimun (Kepulauan Riau) dikenal juga seni berbalas pantun didalam resepsi pernikahan adat Melayu-Karimun yang hampir sama kebudayaannya dengan Melayu-Johor, dan Melayu-Tumasik. ketika iring-iringan mempelai laki-laki tiba di rumah mempelai perempuan untuk memulai hari bersanding, mempelai laki-laki tak serta merta dipersilakan duduk di pelaminan. Rombongan mempelai laki-laki harus 'menang' terlebih dahulu dalam berbalas pantun dengan rombongan mempelai wanitanya.

Selain itu di ranah Minang dikenal yang namanya Gamaik, yang merupakan kesenian yang berasal dari Tanah Melayu, dan berasimilasi dengan adat Minangkabau.

Gamaik sendiri berasal dari kata “gamit”. Gamit artinya menyentuh seseorang untuk keperluan atau percakapan. Di dalam permainannya, seorang pemain menegur pemain lain dengan lagu dalam syair pantun. Lalu pemain lain menjawabnya juga dengan pantun. Sehingga terjadi berbalas pantun sambil menari dan menyanyi.  

Gamat biasanya dimainkan dalam acara-acara keramaian, misalnya acara pernikahan, perjamuan, dan sebagainya.  Dalam acaranya, selain menampilkan penari khusus, penonton yang mempunyai kemampuan menari juga boleh ikut serta. Demikianlah gamat, tidak dituntuk penari dan penyanyi yang harus profesional.terkadang, penari dan penyanyi juga dapat secara bergantian dan secara berkelanjutan menari dan bernyanyi dalam pertunjukan. 

Syairnya yang di buat tersebut haruslah berbentuk pantun dan mudah untuk di mengerti. Misalnya: 

Dari mano datang palito sayang

Dari banto turun ka padi

Dari mano datangnyo cinto, ondeh sayang

Dari mato turun ka hati
Lain hal yang berkembang di Tanoh Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), walaupun letak geografis
Kabupaten ini berdekatan dengan Tanah Melayu-Deli, Karo  dan Melayu-Aceh. sangat kurang populer dengan kesenian berbalas pantun, yang ada hanyalah kesenian Sekuning yakni suatu kesenian yang berisikan suatu tebak-tebakan yang dilakukan bisa 2 (dua) orang atau lebih, kesenian ini dulunya amat populer di kalangan anak muda, namun sayang disaat sekarang, Sukuning sangat jarang di lakukan, berikut ini contoh Sekuning yang berbahasa kan Alas :

Si A: lot sekuningku, tawe iye natak ipen ne, kae di?
Si B: pusuh galuh?

Sumber:
  1. Johnson K.s. Dongoran
  2. http://www.adirafacesofindonesia.com/article.htm/1579/-BudayaNegeriku---Menengok-Seni-Berbalas-Pantun-Dalam-Pernikahan-Adat-Melayu-Karimun
  3. https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/mo-awwanah/berbalas-pantun
  4. http://www.kabaranah.com/2014/12/gamat-gamaik-minangkabau.html
  5. https://m.facebook.com/Gerakan-Peduli-Kebudayaan-Alas-Kutacane-Aceh-Tenggara

Post a Comment for "Kesenian Berbalas Pantun di Pulau Sumatera"